Brader & Sister, ane cm mo berbagi sedikit cerita [based on true story]..jiaahhhh
Berikut kisahnya, ckckckck
Hidup Adalah Perjuangan
Beberapa tahun yang lalu saat saya masih duduk di bangku salah satu SMU di kota kembang "Bandung" (*sekitar tahun 2002-an), saya mempunyai tetangga kost (*tepat di samping kamar saya) bernama "
Abang N". Beliau ini merupakan anak kuliah di salah satu universitas teknik ternama di Indonesia (*yang merek Gajah Duduk itu lho), jurusan Tambang angkatan 2000. Oh iya, sebelumnya, saya merantau ke Bandung sejak SMU (*uda pada tau kan alasan saya nge-kost, ehehe).
skiip skiiip (*bukan gw aktor utamanya, ohoho). Waktu awal ngekost, saya dan Abang N tidak akrab sama sekali, bahkan bertegur sapa-pun sepertinya tidak pernah. Namun seiring berjalannya waktu, kami pun jadi akrab (*walaupun tidak akrab-akrab banget sih). Adapun hal yang membuat kami menjadi akrab adalah dikarenakan si Abang N ini sering banget buang sampah di tempat sampah saya yang letaknya pas di depan kamar saya (*kamar saya di lantai 2, tempat sampah umum di lantai 1, si Abang N tidak punya tempat sampah pribadi). Pertama-pertama sih, karena saya masih "
nubie" nih ceritanya, cuma bisa "
duduk terdiam terpaku" melihat peristiwa tersebut (*padahal dalam hati mah, kampreett nih orang, penuh-penuhin tempat sampah gw aja). Ditambah lagi karena sebenarnya saya takut juga sih secara si Abang N ini gede banget orangnya dan sangar pula tampangnya (*bisa disate gw kalo ngajak dia sparing). Tapi karena peristiwa ini sering terjadi, akhirnya saya memberanikan diri untuk menegurnya (*dengan cara baek-baek tapi). Awalnya saya kira, si Abang N ini bakal marah besar, akan tetapi ternyata tidak. Dan akhirnya, sejak saya menegur si Abang N ini, beliau tiap buang sampahnya selalu rutin "turun tangga" (*ke tempat sampah utama di lantai 1).
skiip skiip, si Abang N juga bukan aktor utamanya.
Selang beberapa waktu kemudian (*sekitar pertengahan tahun 2004), saya sering melihat ada seorang pria (*hereinafter shall be referred to as
Mr X) yang perawakannya kurang lebih sama seperti Abang N (*cuma sedikit agak lebih tinggi, besar, dan sangar tentunya, serta juga sering ikut-ikutan buang sampah di tempat sampah gw), menginap di kamar Abang N. Dikarenakan kamar saya dan Abang N ini bersampingan letaknya, ditambah tembok pemisahnya juga kurang "padat" (*komposisi semennya kurang kali y), jadi terkadang obrolan-obrolan di dalam kamar menjadi mudah terdengar di kamar yang letaknya persis di sebelahnya. Dan dikarenakan hal ini, saya mendapat "informasi" bahwa si Mr X adalah teman seangkatan dan sejurusan Abang N. Adapun kejadian si Mr X ini sering menginap berlangsung sekitar beberapa bulan.
Pada sekitar tahun 2005 (*masa setelah saya menempuh UAN), saya tidak sering lagi melihat Mr X menginap di kamar Abang N. Dikarenakan saya mempunyai rasa ingin tahu yang cukup besar, saya mencoba untuk mencari tahu "siapa Mr X" ini. Tentunya, saya akan mencari tahu dari sumber yang terpercaya (*the one and only) yaitu si Abang N. Lalu tibalah obrol-obrolan saya yang sedikit "oportunis". Ternyata, info-info yang disampaikan Abang N mengenai Mr X, sangat mengejutkan saya.
Mr X adalah seorang anak dari penjual sayur keliling di salah satu desa terpencil di Sumatera Utara sana. Namun walaupun demikian, Mr X pada waktu SMU sudah mempunyai cita-cita yang sangat tinggi sekali, yaitu
keinginan untuk mengambil kuliah di Universitas Gajah Duduk. Dan perlu diketahui juga, Mr X merupakan salah satu murid terpintar di kelasnya dan sangat pekerja keras. Menginjak kelas 3 smu, dimana anak-anak yang lain mempunyai kesempatan untuk mendapatkan bimbingan belajar atau biasa disebut dengan "bimbel" dikarenakan secara finansial mungkin mereka mampu, namun si Mr X tidaklah demikian. Beliau hanya mendapatkan bimbingan belajar "
gratis" (*di bangku SMU, plus belajar kembali di rumahnya dengan menggunakan catatan-catatan/buku dari teman-temannya yang mendapatkan kesempatan untuk bimbel di luar). Seiring berjalannya waktu, masa UMPTN (*Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negara) sudah di depan mata. Mr X lalu memberanikan diri untuk segera hijrah ke kota "kembang" (*Mr X menempuh UMPTN-nya di Bandung). Namun sebelum hijrah, Mr X dengan berberat hati meminta kepada kedua orang tuanya
"Pak, Mak, aku mau kuliah di Bandung dan aku akan menempuh UMPTN di Bandung. Aku boleh pinjam duit tidak Rp. 1 juta? Aku janji akan ganti, dan aku juga janji ini yang terakhir kalinya aku minta duit tidak akan pernah minta duit lagi sepeserpun, apapun yang terjadi". Lalu, kedua orang tua-nya pun menyanggupi permintaan Mr X (*tentunya dengan meminjam "kiri-kanan" dari para tetangga) dan berangkatlah beliau ke Bandung dengan modal Rp. 1 juta (*tentunya dibarengi dengan do'a dari orang tuanya agar Mr X dapat lulus UMPTN).
skip skiippBeberapa minggu kemudian, tibalah saatnya pengumuman kelulusan UMPTN. Dan (*u know lah), Mr X lulus di teknik pertambangan di Universitas Gajah Duduk. Sejak masuk bangku kuliah (*bahkan sejak beliau tiba di Bandung), Mr X tidaklah punya tempat tinggal. Adapun pada waktu di bangku kuliah, beliau seringkali tinggal di stasiun bis dan terminal-terminal di kota Bandung. Kost-an temannya juga seringkali dijadikan tempat "menginap" beliau (*salah satunya si Abang N). Bahkan, himpunannya pun tidak jarang "absen" menjadi tempat menginap beliau. Tak lama sejak kedatangannya di kota Bandung, modal beliau yang "1 juta", semakin menipis. Dan beliau tak tahu harus menempuh jalan apa untuk bertahan hidup. Lalu, beliau menempuh jalan (*yang menurut gw kurang afdol kale y) dengan menjadi kepala preman di stasiun/terminal (*tentunya dengan menempuh pertarungan-pertarungan sengit terlebih dahulu diantara para preman laennya). Dari sinilah, beliau mendapatkan sedikit uang untuk bertahan hidup dan tempat untuk "beristirahat (*tidur di terminal/stasiun) tentunya.
Seiring berjalannya waktu dari status dia menjadi kepala preman, beliau juga ikut aktif di kegiatan kemahasiswaan dan seringkali ditunjuk untuk ikut proyek-proyek para dosennya (*secara otak si Mr X ini emang encer). Dari proyek-proyek inilah, si Mr X mendapat sedikit uang lebih untuk bertahan hidup (*dibandingkan dengan penghasilan dia sebagai kepala preman). Namun dikarenakan sifat proyek-proyek ini adalah sementara, maka jika masa proyeknya habis, Mr X haruslah kembali aktif di dunia "premanisme" agar perut si Mr X dapat terus di "subsidi".
Sekitar bulan Maret tahun 2006 (*ini saya saksikan sendiri lho ya, bukan cm info dr Abang N), tibalah saatnya wisuda anak-anak Universitas Gajah Duduk (*waktu wisuda Abang N dan Mr X). Namun, seringkali saya melihat kamar Abang N terkunci rapat dengan gemboknya yg "khas" itu (*maksudnya, dicongkel pake pisau juga bs jebol). Padahal semestinya, menjelang wisuda kan biasanya cukup banyak aktivitas (*daftar wisuda, etc).
Adapun waktu menjelang wisuda tersebut, sosok yang sesekali saya lihat di kamar Abang N adalah Mr X (*terlihat seakan-akan Mr X-lah pemilik kamar Abang N). Saya pun heran, tapi ingin bertanya pun segan (*takut gw, secara bekgron Mr X ngeri kali cuy).
Hari wisuda itu pun tiba (*ntah tanggal berapa di bulan Maret 2006). Sekitar pukul 14.00 wib dimana saya lagi berada di dalam kamar kost, terdengar suara gaduh. Saya pun penasaran, lalu keluar dari kamar. Ternyata suasana mengharukan yang terjadi. Ibu Bapak Mr X datang jauh-jauh dari desa terpencil di Sumater Utara sana untuk memberikan selamat kepada anaknya yang telah diwisuda (*dg ipk yang sangat memuaskan). Belakangan diketahui, sehari sebelum wisuda tersebut, orang tua Mr X ternyata menginap di kamar Abang N tanpa saya sadari (* pada waktu itu, Mr X ntah nginap dimana, Abang N juga ntah nginap dimana).
Beberapa hari kemudian, ketika suasana kamar Abang N kembali "normal" (*Abang N doank yang ada), saya bertanya kepada Abang N, "Bang, si Mr X koq uda ga ada? bukannya kemaren pas wisuda masih nongol ya?". Abang N pun menjawab, "Ohh, si Mr X uda keterima kerja di priport sono".
Terus terang, saya pribadi sangat terharu dengan perjalanan hidup Mr X. Mulai dari keputusan dia untuk hijrah ke Bandung hanya dengan modal 1 juta, yang mana hal tersebut merupakan keputusan yang sangat berani sekali tetapi juga keputusan yang bertanggungjawab (*saya pribadi apabila dalam kondisi tersebut, belom tentu bisa mengambil keputusan seperti Mr X), menjadi kepala preman, tinggal di stasiun/terminal/himpunan/kost-an teman, dan sebagainya. Begitu banyak rintangan yang harus dia lalui untuk bertahan hidup. Namun demikian, walaupun perjalanan hidup Mr X terasa sangat berat, toh pada akhirnya proses yang dilalui Mr X dapat dikatakan "berbuah manis". Beliau lulus dari Universitas Gajah Duduk, jurusan paporit (*tambang gt lho), dengan ipk sangat memuaskan, dan langsung diterima kerja di perusahaan ternama di Indonesia.
Semoga menginspirasi !!
Caiyo